Sabtu, 28 Januari 2023

Perjalanan Bag 1 (belum edit)

Semeru dengan puncak Mahameru memiliki makna sendiri untukku. Di tempat itu, Gie wafat; di tempat itu, buku yang kubaca berlatar. Punya keinginan tersendiri untuk menziarahi tempat tersebut. Begitu menggebu ketika kabar SM 3 menjadikan tempat tersebut proyek terakhir mereka. Ketika anak-anak mengajak ikut, tentu begitu antusia. Akan tetapi, tetiba ada kabar tidak jadi dikutsertakan. Sedih, sangat, walau tidak berlarut karena selalu saja yakinku jika tidak ada kehendak Allah, maka tidak akan ada. Jika menurut-Nya tidak baik untukku sebelumnya dan sesudahnya, buatku tak apa. Ternyata, jika dikehendaki, ada saja jalan. Tetiba, masuk pesan singkat di hp saya yang menyatakan saya diajak ke Semeru. Datar, tidak terlalu bahagia, bukankah terkadang begitu rasa. 
Berbeda dengan anak-anak, persiapan fisik saya sangat kurang. Saya hanya mengkuti dua kali latihan fisik dari sekian kali mereka latihan. Akan tetapi, saya mencoba untuk tidak kurang mempersiapkan semua perbekalan. Pada tanggal 30 Mei kami berkumpul di taman topi, pelepasan dengan orang tua. Rahmat menjadi peserta yang datang pertama, sebelum pukul 6 dan Fira setelahnya. Apa yang ada di benak mereka, para orang tua melepas anaknya bersama Laskar Mahameru. Bukankah belum tentu anak mereka kembali. Kepercayaan, mungkin memang itu satu-satunya yang membuat mereka tenang. Ada satu wali murid yang ikut bersama Laskar Mahameru, ayah Odi. Ternyata, beliau memang beberapa kali ikut dengan ekspedisi sang anak.
Fasilitator menjalankan tugas masing-masing. Mr-d dan pak sholeh membali tiket ke Senin jalur tanah abang dengan tarif 9000, pak syakur membeli sarapan. Pengecekan dan koordinasi kelompok dilakukan. Tidak semua membawa bekal makan yang diperintahkan. Pengepakan barang-barang di tas, beberapa ada yang tidak rapi maka pak Arif dan fas lain membantu merapikannya. Raziki dan Icha masih di jalan. 
Selanjutnya, upacara di mulai, tentunya dengan sambutan-sambutan. Pak Husnan menyampaikan motivasi dan meluruskan niat Laskar Mahameru.  Meziarahi Semeru, naik ke Mahameru merupakan bagian dari mendidik diri kita. Kita sedang menaklukan dunia agar dunia tidak menaklukan kita. Selanjutnya, perwakilan dari orang tua Ageng. Orang tua iri dengan pengalaman teman-teman, iri karena teman-teman memiliki guru-guru yang kuat. Tidak semua orang tua merelakan anak-anaknya pergi jauh. Kepercayaan kepada para guru yang membuat kerelaan itu ada. Jaga kepercayaan orang tua. Ini bukan jalan-jalan biasa, tetapi perjalanan terakhir bersama. Kebersamaan seperti ini tidak akan kembali lagi maka nikmatilah. Kalian bukan hanya menjadi sahabat alam melainkan juga kholifah alam. Diakhiri dengan berfoto-foto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar