Pakaiannya compang-camping, lusuh, dan kusam. Jalannya terpincang-pincang dengan bantuan tongkat. Rambut dan jenggotnya semrawut. Pengemis itu berhenti di depan rumah Imam Ahmad Bin Hambal.
“Bersedekahlah kepada orang miskin agar mendapat pahala dari Allah Swt.” kata pengemis itu dengan suara lemah.
Tidak berapa lama, Imam Ahmad Bin Hambal membukakan pintu dan mempersilahkan pengemis itu masuk. Tidak berselang lama, pengemis itu keluar dari rumah tersebut. Begitulah yang dilakukan pengemis itu setiap hari. Tidak ada yang orang lain yang mengetahui selain Imam Ahmad Bin Hambal dan dirinya bahwa dia hanya pengemis palsu. Dia bernama Baqi Bin Makhlad.
Baqi Bin Makhlad lahir di Cordoba pada tahun 201 H dan wafat pada 276 H. Baqi Bin Makhlad memiliki kesabaran, kekuatan, semangat, dan tekad yang kuat dalam mencari ilmu. Dia melakukan dua kali perjalanan mencari ilmu dari Cordoba ke Baghdad. Perjalanan tersebut ditempuh dengan berjalan kaki selama 34 tahun. Perjalanan pertama ditempuh selama 14 tahun dan perjalan kedua selama 20 tahun. Perkiraan jarak tempuh kedua perjalanan tersebut di atas 2400 km.
Target terbesar Baqi Bin Makhlad mencari ilmu ke Baghdad, yaitu berguru kepada Imam Ahmad Bin Hambal. Menjelang masuk Baghdad, Baqi Bin Makhlad mendapatkan kabar bahwa Imam Ahmad Bin Hambal sedang menjadi tahanan rumah karena fitnah yang diberikan kepadanya. Ketika menjadi tahanan rumah, tentu saja Imam Ahmad Bin Hambal tidak diizinkan pergi untuk mengajar.
Mendengar keadaan Imam Ahmad Bin Hambal, Baqi Bin Makhlad tidak putus asa. Dia mendatangi rumah Imam Ahmad Bin Hambal. Sesampainya di sana, ia mengetuk pintu dan memperkenalkan diri.
”Saya datang dari negeri yang jauh sekali dan sengaja datang untuk menemuimu. Apakah saya boleh berjumpa denganmu?”
“Kamu dari mana?” tanya Imam Ahmad Bin Hambal.
“Dari Barat.” jawab Baqi Bin Makhlad.
“Dari Tunish?” Imam Ahmad Bin Hambal kembali bertanya.
“Lebih jauh dari itu. Saya dari Cordoba.”
“Mayaallah, Saya menghargaimu.”
“Saya ke sini ingin mencari ilmu.”
“Kau tahu saya dalam kondisi menjadi tahanan rumah.”
“Ya, saya tahu. Orang-orang di sini tidak mengenal saya. Bagaimana jika saya setiap hari datang ke sini dengan berpura-pura menjadi pengemis. Saya akan mengeraskan suara meminta di depan rumahmu dan Engkau menerima saya masuk. Saya mendapatkan satu hadits saja sudah membahagiakanku.” pinta Baqi Bin Makhlad penuh harap.
Sebelum menuju rumah Imam Ahmad Bin Hambal, Baqi Bin Makhlad sudah memperhatikan kebiasaan pengemis di Baghdad. Dengan pakaian yang compang camping, pengemis di Baghdad akan mengeraskan suara meminta di depan rumah. Jika ingin memberi makanan, pengemis dipersilahkan masuk dan diberikan makanan. Pengemis dapat memakan makanan di rumah tersebut. Setelah selesai makan, pengemis akan keluar dari rumah itu.
“Baik, itu memang cara yang terbaik. Akan tetapi, ada syarat yang harus Engkau penuhi. Selama Engkau menuntut ilmu dengan cara itu, jangan Engkau hadir dalam mejelis-majelis yang lain. Jika Engkau menghadiri mejelis-majelis lain, orang-orang akan mengetahui bahwa kau adalah pencari ilmu.” Kata Imam Ahmad Bin Hambal.
“Baik, saya setuju.”
Setiap hari, Baqi Bin Makhlad menuntut ilmu kepada Imam Ahmad Bin Hambal dengan cara berpura-pura sebagai pengemis. Setiap hari, tidak lebih dari tiga hadits dipelajari Baqi Bin Makhlad. Dengan cara itu, Baqi Bin Makhlad mencatat sebanyak 300 hadits.
Baqi Bin Makhlad tidak hanya berguru kepada Imam Ahmad Bin Hambal. Selama melakukan perjalanan mencari ilmu ke Baghdad, dia berguru kepada 284 orang. Baqi Bin Makhlad juga berguru kepada semua guru dari Ibnu Wadhah, yaitu sebanyak 1000 orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar