Senin, 31 Desember 2012

Mengulik Masa: Persembahan Menjelang Awal Tahun





Namanya Walter Black, tokoh utama dalam film Beaver, berang-berang. Walter menderita depresi hebat, tidak disampaikan dalam film mengapa dia depresi. Penyebab tokoh utama menjadi depresi menjadi tidak penting karena yang ditonjolkan dalam film ini adalah pembebasan dari depresi. walter memiliki dua orang anak laki-laki, Poter dan Henry, dan seorang istri yang sangat mencintainya. Poter berusaha menghilangkan berbagai kebisaan yang sama dengan ayahnya. Dia tidak ingin sama dengan ayahnya, dalam hal apa pun. Henry berbeda dengan Poter, dia mencintai ayahnya dan selalu ingin ayahnya berada bersamanya.

Cerita di awali dengan penggambaran keadaan Walter yang begitu kacau sampai dia melakukan percobaan bunuh diri. Percobaan bunuh diri digagalkan oleh boneka tangan berang-berang yang ada di tangannya. Boneka tersebut menjelma menjadi Walter yang lain. Walter hilang berganti dengan Beaver. Beaver mengusai diri Walter. Walter berjaya kembali dengan perusahaannya, tetapi tidak dengan keluarganya. Di perusahaan tidak ada yang mempermasalahkan Walter yang berubah menjadi Beaver selama memberikan keutungan. Akan tetapi, tidak dengan istrinya. istrinya menginginkan Walter bukan Beaver. Istri Walter berusaha mencoba mengembalikan Walter dengan mengingatkannya pada masa lalu yang indah bersama keluarga mereka. Beaver marah akan hal itu, sedangkan Walter menjadi terbangun dari ketiadaan dirinya. 

Beaver tidak ingin Walter kembali menjadi dirinya. Ketika ditanya tentang mental Walter yang terganggu, Beaver menjawab “Kita mencapai titik tak tahu harus ke mana. Kita harus menghapus papan tulis hingga bersih. Kita melihat diri kita seperti kotak dan kita terjebak di dalamnya.... Satu-satunya cara untuk keluar dari kotak hanya dengan menyingkirkan semuanya.” Melupakan semuanya, melupakan masa lalu, menghapus masa lalu sebersih-bersihnya dan menjadi manusia baru. Begitulah, prinsip Beaver. 

Film ini mengangkat hal tak kasat mata, yang ada dalam diri manusia, tetapi sangat mempengaruhi kehidupan manusia itu sendiri dan sekelilingnya. Kesibukan mengurus permasalahan dalam diri hingga lupa bahwa hidup tidak sendiri. Tidak menyadari orang di sekeliling terluka karena mencintai dan peduli. Akan tetapi, pengabaian yang terjadi. Keluarga menjadi korban utama karena mereka yang ada di sekeliling. Melupakan masa lalu dengan membohongi diri seakan menyelesaikan permasalahan. Padahal, tidak ada kebahagiaan sampai berdamai dengan masa lalu. 

Semua manusia tidak dapat memilih dari rahim siapa dilahirkan, DNA dan darah siapa yang mengalir dalam tubuh, dengan siapa dibesarkan, dari lingkungan mana berasal. Itulah takdir yang tidak dapat diubah. Untuk semua itu yang dapat dilakukan adalah bersyukur. Syukur akan ada setelah berdamai dengan pemberian di luar jangkauan manusia. Berdamai dengan pemberian membuat manusia dapat melihat kebaikan yang ada dalam diri dan sekelilingnya. Sebaliknya, pengingkaran hanya menyisakan penderitaan yang berkepanjangan. Seperti perkataan Norah pada Poter  Lucu, kupikir ini berantakan dan kau pikir itu luar biasa. Kupikir kau yang menakjubkan dan kau berpikir kau berantakan.”

Film Beaver diakhiri dengan kesadaran bahwa masa lalu tidak bisa dihilangkan. Walter memotong tangan kirinya untuk melepaskan Beaver dari dirinya. Norah, teman Poter,yang mencoba menghapus masa lalu, dapat menyampaikan pada pidato kelulusan bahwa dia tidak baik-baik saja. Dia kehilangan sesuatu yang sangat ia cintai, yaitu kakak laki-lakinya yang tak akan pernah kembali. Akhirnya, menghilangkan masa lalu berarti menghilangkan masa depan karena keduanya tak dapat dipisahkan.

Minggu, 30 Desember 2012

9 summers 10 autumns



Novel ini tidak bercerita tentang mimpi, tetapi tentang keberanian untuk menembus batas kekuatan. Kutipan komentar dari E.S. Ito.
Ketika kecil, Iwan tidak bermimpi dapat melihat dunia lain di luar Indonesia bahkan di luar kota Batu. Oleh karena itu Iwan tidak mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk takdir yang menuntunnya ke Bogor, Jakarta, Malaysia, maupun Amerika.
Novel ini memperlihatkan sisi lain dari sebuah perjalanan hidup. Perubahan drastis yang bertubu-tubi menimbulkan ketakutan yang harus dihadapi. Pilihannya hanya dua, tidak melangkah atau terus melangkah. Kalah dengan ketakutan atau menghadapi ketakutan. Iwan tidak memilih zona nyaman. Dia keluar dari rasa aman yang melingkupinya di Batu.
Ada sebuah cerita yang mungkin pernah kita dengar tentang seorang anak yang bertanya pada ibunya.
“Bu, kata ibu temanku, dia rela digigit nyamuk asalkan anaknya tidak digigit nyamuk. Apakah ibu juga rela digigit nyamuk untukku?” tanya sang anak pada ibunya.
“Tidak anakku, jika ada nyamuk yang ingin menggigitmu, ibu akan kejar nyamuk itu sampai dapat agar dia tidak menggigitmu dan tidak menggigit ibu.”
“Terima kasih, Bu.” Jawab sang anak.
“Bu, kata ibu temanku, dia rela kelaparan asalkan anaknya kenyang. Apakah ibu juga akan melakukan hal yang sama untukku.”
“Tidak anakku, ibu akan bekerja keras agar kamu dan ibu tidak kelaparan.”
“Terima kasih, Bu. Ibu adalah sandaran hidupku.” kata sang anak kemudian.
“Tidak anakku, ibu akan membuatmu mandiri agar ketika ibu tiada kamu dapat hidup di atas kakimu sendiri.”

Jawaban yang cerdas dari sang ibu dan cinta seperti itulah yang tergambar dari keluarga tokoh utama, Iwan. Bukan hanya cinta dari keluarga yang membuatnya memilih melawan ketakutan, tetapi juga kesadaran akan cinta yang diberikan sekelilingnya.
Novel 9S10A merupakan novel yang diceritakan dengan sederhana. Ada tokoh rekaan yang diciptakan Iwan dalam novelnya, yaitu Bocah. Tokoh ini sangat menarik. Dia menamani Iwan selama di New York dan menghilang atau dimatikan ketika Iwan selesai berdamai dengan masa lalunya. Bocoh ini seakan diri Iwan sendiri yang dimunculkan dengan bentuk lain. Bocah terlihat seperti kontemplasi Iwan terhadap perjalanan hidupnya.
Mungkin akan lebih menarik lagi jika dalam novel ini digambarkan lebih dalam tentang pergulatan Iwan dengan rasa takut yang dimenangkan oleh keberanian.
“Ah, children, ah dear friends, do not be afraid of life! How good life is when you do something good and rightful!” (Kutipan terakhir yang digunakan Iwan dalam 9S10A)

Selasa, 25 Desember 2012

Keteladanan-keteladanan di Gaza



Pada hari Ahad, 16 Desember 2012, Allah memberikan saya anugrah untuk mendengar langsung dari ustazah Nurjannah, yang baru baru saja pulang dari Gaza, tentang berlimpahnya keteladanan di Gaza. Beliau menyebutnya dengan keteladanan yang berserakan karena terlalu banyak keteladanan yang belum diketahui oleh umat Islam di luar Gaza. Keteladanan tersebut wajib diketahui oleh seluruh umat Islam di dunia, khususnya Indonesia karena kita berada di dalamnya.
Beliau menggambarkan Palestina dalam tiga area. Pertama, penduduk Gaza yang berjumlah tidak pernah lebih dari 1,8 juta jiwa dengan luas wilayah satu kota Bogor. Tahun 2008 tiga ribu anak Gaza dibantai dan tiga bulan berikutnya lahir tiga ribu anak laki-laki di Gaza. Inilah salah satu yang ditakuti oleh Israel. Kedua, berada di sekitar Al-Aqsho. Mereka adalah penduduk yang sudah tua renta. Mereka menjaga kondisi Al-Aqsho. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Israel hanya membolehkan orang-orang tua renta yang berada di sekitar Al-Aqsho. Ketiga, berada di Tepi Barat dan Mahmud Abbaz berada di dalamnya. Mahmud Abbaz dapat dikatakan fisik Palestina, tetapi secara batin bukan Palestina.
Keteladanan yang beliau ceritakan diawali dari sisi ruhiyah penduduk Gaza. Perdana menteri Ismail Haniya, hafal 30 juz Al-Quran dan punya sanad dengan Rasulullah. Semua menteri yang didatangi hafal 30 juz Al-Quran; yang mendaftar sebagai brigade Izuddin Al-Qossam, hafal 30 juz Al-Quran; di markas polisi, rata-rata masuk jadi polisi hafal 30 juz Al-Quran. Ada seorang ibu yang buta huruf berusia 56 tahun dia mulai menghafal Al-Quran usia 50 tahun dan hafal 30 juz ketika umur 56 tahun. Berarti 6 tahun dia hafal 30 juz. Pada tahun ini akan diwisuda, khafalan musiman sebanyak 25ribu rakyat Gaza yang hafal 30 juz al-quran selama 2 bulan.
Di situ saja sudah membuat bayangan pada diri saya bahwa betapa jauhnya kita dengan al-quran. saya melihat orang-orang yang hafal Al-Quran minimal mereka murojaah hafalan 1—2 juz perhari. Lalu bagaimana dengan saya yang dilengkapi dengan kenyang perut saya, tidak dahaga tenggorokan saya. Saya ditemani dengan kemerdekaan, kenapa saya selalu minta pemakluman kepada Allah untuk tidak lebih akrab dengan Al-Quran. Dari situlah kita mendapatkan keteladanan itu. Tahapan pertama kita berjuang membiasakan membaca al-quran adalah menggempur lemak-lemak dosa besar kita. saya sangat meyakini untuk bisa dekat kepada Allah kita harus berkorban ngantuk, kita harus berkorban lelah, kita harus capek. Karena dari situlah rasa kelezatan Al-Quran itu bisa kita rasakan.
Saya keluar dari penginapan itu jam 8 selalu balik ke rumah jam 4 pagi, tidak terasa karena begitu banyak keteladanan yang mesti kita ambil, semantara kita dikejar oleh waktu. Lalu, kita berangkat lagi ke rumah rehabilitasi. Di situ mereka mempertaruhkan nyawanya untuk menang di perang furqon itu sendiri. Ada yang matanya sudah buta, biji mata sudah tidak ada. Agar orang tidak takut melihatnya, dia menggunakan riben. Ada yang kakinya buntung, kedua tangan tidak ada, banyak sekali yang cacat. Akan tetapi tidak ada kericuhan, tidak ada kesedihan, wajah-wajah mereka itu begitu tegar.
Sebetulnya situasi batin saya sudah terseok-seok menyaksikan berbagai macam ketakjuban yang setiap saat saya temukan. Mulai tambah takjub lagi ketika salah seorang perwakilan itu mengemukakan dihadapan kita, dia katakan “Syukur Alhamdulillah insya Allah separuh tubuh kami sudah ada di syurga-Mu ya Allah. Masih ada separuh tubuh kami yang akan kami pertaruhkan untuk Al-Quds yang kami pertaruhkan untuk Al-Aqsho, masjid umat Islam seluruh dunia. setelah mata kami, masih ada separuh tubuh kami yang akan kami pertaruhkan untuk membela masjid Al-Aqsho dan wakaf tanah umat Islam seluruh dunia.
Saya tidak membayangkan lagi perasaan batin saya yang terlunta-lunta menyaksikan hantaman demi hantaman. Saya mempertanyakan diri saya sendiri apa yang sudah ada di syurga dari diri saya, ibadah sayakah? prestasi saya mendidik anakkah? kontribusi dakwah sayakah? zakat dan infaq sayakah? belum ada. Sementara saya memiliki berbagai macam keberkahan yang Allah berikan kepada diri saya sendiri.
Lalu saya berangkat lagi ke lokasi yang di situ ibu-ibu sedang melakukan mogok makan. Mogok makan itu sudah mereka lakukan hari ke-14. Di dalam penjara ribuan anak-anak rakyat Gaza, para penghafal Quran disiksa. Saya tanyakan ada yang umur 50, ada yang 60, ada yang sampai 85 tahun. Isu yang mereka minta pada saat itu hanya satu, mereka hanya ingin melihat anaknya, sejam, dua jam saja, yang sudah dipenjara selama 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, bahkan ada yang divonis sampai 1500 tahun. “Kami tidak ingin anak kami dibebaskan, karena mereka ingin mencari syahid di sana. "kami rindu. Sudah 30 tahun tidak bertemu mereka.” Mereka melakukan itu semua untuk mempertahankan harga diri umat Islam seluruh dunia.
Setelah itu kita melakukan orasi, yang mencekam perasaan saya, bagaimana mungkin kita membiarkan mereka berjuang untuk kita tanpa ada yang tahu deritanya. Ternyata, orasi kita ini di dengar oleh pemerintah Israel karena memang tidak semua orang bisa masuk ke Gaza. Kesempatan kita masuk ke Gaza itu menjadi headline. Entah dari mana ceritanya, foto air mata saya tersebar di mana-mana. Ketika diwawancarai saya bilang kebiadaban yang pernah saya temukan.
                Mereka bukan minta dibebaskan, mereka sudah divonis 40 tahun, dari umur 14 tahun, dari umur 10 tahun. Saya sulit membayangkan, bagaimana mereka melalui hari-hari mereka. Ternyata, sepanjang mereka melakukan demo belum pernah dipenuhi. Baru kali ini tuntutan mereka dipenuhi karena kita datang. Apa yang saya saksikan ketika tuntutan itu dipenuhi untuk bertemu anaknya, sejam, dua jam itu? Seperti lebaran, di mana-mana takbir. Mengajarkan saya bahwa kita kadang-kadang menyepelekan nilai syukur yang sedikit itu. Kita baru mengatakan terima kasih kepada seseorang kalau orang memberikan sesuai harapan kita.
Setelah itu kita berkunjung ke kebun. Karena waktu yang sangat terbatas, kami dibagi menjadi dua: bapak-bapak ke pohon buah, ibu-ibu ke tanaman sayur. Bagaimana mungkin tumbuhan di gurun pasir bisa tumbuh? Tanaman yang begitu bagus: paprika, ketimun, sayur-sayuran di gurun pasir. Jawaban mereka sederhana, “Ini Allah mulai tumbuh suburkan semenjak kami di blokade.” Jadi sekeliling satu kota bogor itu ditanami beton-beton tinggi, padahal mereka bertahan untuk negaranya. Mereka bertahan untuk harga diri umat Islam. Sebetulnya penanaman beton-beton di sekeliling mereka adalah kebiadaban apalagi menembaki mereka dan mengirimkan roket kepada mereka. Mereka katakan “Ini Allah tumbuh suburkan semenjak kami di blokade pada tahun 2006 dan kalian tahu dipupuk oleh apa tanaman itu tumbuh subur? dengan ribuan darah para syuhada."
Selama lima hari saya di sana betul-betul batin saya bergejolak, dahsyat luar biasa. Membuat takjub dan sedih memang. Skenario kita berhasil ke sana membawa badan saja sudah Alhamdulillah. Bantuan kita tinggal di Mesir karena khawatir berbagai macam check poin. Tidak ada keluh kesah mereka, tidak ada satu pun yang meminta materi pada kita. Sebetulnya ada bahasa hati mereka bahwa mereka sangat membutuhkan bantuan.
Belum lagi yang namanya brigade izzudin al-qossam. Saya mendatangi mereka jam 3 pagi, para pejung-pejuang hamas Itu adalah orang yang paling sholeh di antara mereka. Mereka hafal 30 juz Al-Quran, hafal hadits arbain, tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah, dan hafal hadits-hadits perjuangan al-quds. Jadi saya katakan bagaimana mungkin tentara Allah tidak bersama mereka saat ketaatan itu mereka lakukan dengan luar biasa. Pulang dari sana saya betul-betul diajarkan untuk lebih maksimal memperjuangkan Gaza, untuk lebih maksimal memperbaiki diri dan keluarga saya.
Ada satu pesan yang tidak pernah saya lupakan ketika saya mendatangi seorang istri syuhada, ummu mus’ab. Suami dan anaknya dikubur dalam satu kuburan. Mereka syahid dalam kondisi berpelukan jadi tinggal cangkrangnya saja. Dia katakan bahwa kebiasaan orang-orang Palestin setiap ayahnya pergi berdakwah anaknya selalu diajak. Jadi tanpa disadari tawarist dakwiyah dan jihadiyah itu luar biasa kepada anaknya.
Terdapat tanda-tanda sebelum anaknya syahid. Pertama, ketika akan ujian, ibunya mengatakan kamu harus belajar sungguh-sungguh agar kamu cepat dapat ijazah. Kata anaknya “saya tidak perlu ijazah sekolah bu, saya ingin ijazah usytuyhida, kesyahidan.” tiga hari sebelum syahid dia katakan, aku bermimpi menikah dengan ayah. Ternyata dia syahid bersama ayahnya. Pesan ummu mus’ab "bagi kami syahid itu merupakan cita-cita jadi tidak perlu disedihi dan yang paling penting cita-cita syahid mulai kalian tanamkan semenjak kalian mendengar". Dari cita-cita syahid itulah kita mempreteli berbagai macam hambatan-hambatan yang kita tidak dapat memperoleh nilai syahid. Kebersihan pikiran kita, kebersihan mata kita, kebersihan hati kita, kebersihan aktivitas kita. Jadi setiap melangkah, kita teringat bahwa kematian itu selalu menyertai kita dan yang kita ingin adalah sebaik-baik kematian.
Pada saat serangan israel kemaren air mata saya tidak pernah berhenti. Saya tahu persis tempat-tempat mana yang mereka ledakkan, tempat-tempat mana yang mereka hancurkan. Israel itu biadabnya luar biasa melebihi Nazi. Target mereka yang pertama adalah kediaman perdana mentri Ismail Haniya. Tempat perdana mentri sudah diratakan, 14 markas polisi diratakan, 30 masjid, 200 rumah diratakan, 800 rumah compang-camping. Anak-anak serta ibu-ibu yang mereka bidik kemudian media.
Pada saat itulah semua bangunan ini akan dikelola dan mereka tidak pernah berhenti untuk membangun apa yang sudah dihancurkan. Sampai saya bilang mengapa mesti dibangun sebagus ini. Kata mereka “Apakah kalian tidak baca hadits, apabila sudah ada tanda-tanda kiamat, di tangan kalian itu ada biji kurma dan kalian masih sempat untuk menanam, tanamlah. Tugas kami adalah membangun secara profesional, tugas kami adalah mendidik, membangun masjid, jika dihancurkan akan kami bangun kembali.”
Kita diberi anugrah bisa mendatangi keluarga Al-Jabari. Al-Jabari ini adalah wakil dari Izuddin Al-Qossam. Pejuang-pejuang hamas itu menjadi intaian Israel. Caranya itu sangat biadab. Orang-orang yang ada di tepi barat menyelusup ke dalam Gaza melalui tenaga medis, misalnya sedang berobat gigi. Pada saat pembongkaran gigi pertama karena sedang rusak maka dimasukkan chip ke dalam gigi setelah itu ditambal sementara, lalu datang lagi seminggu, chip ini dibuka dan ditambal permanen. Dua hari berikutnya, orang yang menambal gigi sudah dalam tahanan penjara di sana. Jadi, dalam sehari, dalam lokasi yang dekat, bisa tiga atau empat kali mobil yang mereka pakai untuk menghilangkan jejak.
Sangat menarik melihat anak-anak Gaza karena semua, di manapun mengatakan hal yang sama. “Saya ingin syahid fisabilillah, jadi mujahid dan menjadi brigade Izuddin Al-Qossam dan saya ingin melawan Israel.” Jadi semangat jihadiyyah itu luar biasa. Sampai anak Ahmad Jabari yang berumur 9 tahun mengatakan “Nanti aku mau menikah tapi semua anakku harus menjadi mujahid dan aku akan menikah dengan yang sudah siap mati syahid.” Bayangkan, anak usia 8 tahun, 7 tahun, 6 tahun, 10 tahun, semuanya biacaranya sama. nah, inilah yang ditakuti oleh Israel laknatullah.
Anak Al-Jabari mengatakan Intel itu bisa melalui temanya atau melalui gurunya. Ketika ditayangkan besar-besaran tentang ayahnya, Ahmad Jabari, dia ditanya, kamu kenal gak dengan dia, Ahmad Jabari. Tidak, tidak kenal. Padahal, dia dengan bangganya ingin teriak mengumumkan kegembiraan dan kebanggaan memiliki ayah yang berani menghadapi Israel. Akan tetapi, rasa gembira itu dia tutupi untuk menyelamatkan perjalanan dakwah ayahnya, perjalanan keselamatan ibu dan adik-adiknya, karena jika dia teriak otomatis menunjukkan bahwa dia adalah bagian dari Al-Jabari. Anak umur 9 tahun sudah diajarkan keberanian yang luar biasa dan mampu membela.
Saya ingin mengatakan bahwa tidak ada kata lain, kita wajib membela Palestina. Ini bukan persoalan sederhana yang menjadi omongan mengapa kita harus mikirin orang di Gaza, di Indonesia saja banyak yang susah. Bukan itu masalahnya. Pertama, bumi Palestina adalah bumi Rasulullah menghadap kiblat selama 17 bulan. Kedua, bumi Palestina bumi Isro Miraj. Ketiga tempat dijaminnya pahala. siapa yang sholat di Masjid Aqsho yang disucikan Allah, di emperannya, di dalamnya, Allah memberikan ganjaran 500 kali sholat di masjid biasa.
Kondisi Al-Aqsho terakhir sangat memprihatinkan. Area yang satu kelurahan itu disucikan oleh Allah sekarang sudah dikotori oleh yahudi laknatullah. Mereka masuk ke masjidil Aqsho tanpa membuka sepatu, habis mabuk, habis melakukan hubungan seksual, habis segala macam hal. Mereka tertawa terbahak-bahak di sana. Itu menjadi tanggung jawab seluruh umat Islam. Tidak boleh satu orang pun dari mereka menginjak tanah suci itu. Orang-orang Palestin mengatakan “kami bertahan untuk kalian orang Islam seluruh dunia agar Masjidil Aqsho ini kokoh sampai akhir zaman.”
Masjidil Aqsho merupakan harga mati bagi perjuangan yahudi, harus hancur. Mereka menyosialisasikan kebencian terhadap Al-Aqsho semenjak anak dalam janin. Mereka membawa anak-anak mereka rihlah ruhiyah, “ini nak tempat ibadah kamu, itu sapi yang kita tawan untuk jadi tumbal, itu seragamnya, itu batu-batunya yang jumlahnya jutaan batu-batu di situ.” Hal ini Sekarang sedang berlangsung. Sampai Raid Shaleh mengatakan jika ada umat Islam sampai ada yang tidak memahami bahwa seluruh umat Islam wajib membela perjuangan Gaza, itulah hal terbodoh sebagai umat Islam. Raid Shaleh adalah seorang mujahid yang menyamar menjadi yahudi selama 20 tahun di Masjidil Aqsho untuk membuka makar yang sedang mereka lakukan. Tidak ada orang yang bisa masuk masjidil aqsho.
Yusuf Qordowi memfatwakan seluruh umat Islam di mana pun berada, haram untuk saat ini masuk masjidil Aqsho karena kalau saat ini masuk Masjidil Aqsho menggunakan stempel Israel. Jangan menyakiti umat Islam yang sedang mati-matian membebaskan Al-Aqsho. Jadi, kalau kita mau masuk masjidil Aqsho, kita harus berjuang mati-matian untuk bisa memerdekan Palestina.
Ismail Haniya mengatakan tanah wakaf umat Islam hanya 12% yang masih berada di genggaman umat Islam, 82% digenggam Yahudi. Padahal, tidak boleh sebutir tanah wakaf Islam pun dirampas oleh mereka. kita wajib mengembalikan 82% kembali ke Al-Aqsho. Itulah yang membuat ruh kita, ruh semangat untuk mengorbankan apa yang kita miliki. Kita tidak harus mengorbankan materi yang kita tidak punya, kita bisa memberikan waktu kita untuk menyampaikan berita ini kepada semua umat Islam. kita dapat menggunakan link yang kita miliki.
Jadi sekali lagi ruh jihadiyah itu harus tumbuh dalam diri kita walaupun fisik kita tidak bersama mereka. Seorang anak usia 8 tahun, yang selalu bersama saya selama saya di Gaza, hobinya adalah nasyid dan semua isi nasyid merupakan lagu-lagu tentang jihad dan syahid dan dia pun hafal Al-Quran. Saya meminta dia membuat surat dari anak-anak Palestin. kata-katanya sangat menyentuh k, dia menulis “Wahai anak-anak Indonesia, hafalkanlah Al-Quran dan hafalkanlah manhaj-manhaj Al-Quran lalu kamu ke Gaza berjuang bersama-sama kami membebaskan masjid kita, masjid al-aqsho.
Rasa-rasanya kalau kita mendengar perjuangan mereka, kita seperti tidak peduli, mana ukhuwah. Jangankan membantu, mengetahui deritanya saja kita tertutupi tembok yang begitu tajam karena yahudi laknatullah tidak akan membiarkan berita yang sebenarnya terjadi sampai ketelinga kita.
Terdapat hadits yang menyebutkan bahwa ada sekelompok orang, personal orang, yang tidak akan pernah berhenti berjuang untuk Gaza sampai kebebasan membawa mereka. Jadi, Palestina sudah pasti akan dimenangkan oleh Allah, yang kita ngeri adalah kemenangan Palestina itu tanpa bantuan, untaian, doa, atau pengorbanan yang kita kirimkan untuk sampai ke situ. Maka bisa dikatakan semua umat islam harus mengejar bagaimana caranya Allah menurunkan rasa cinta pada qolbu kita terhadap bumi anbiya.
Kalau kita sudah melakukan kerja keras sampai Allah menurunkan rasa cinta terhadap bumi Gaza itu suatu anugrah yang sangat besar bagi dia, keluarga dia, dan perjuangan dia di bumi lain selain di Gaza itu sendiri. Tanyakan ke semua yang pernah ke Gaza dengan niat yang tulus, bahwa ternyata yang membutuhkan Gaza itu bukan Gaza, tetapi kita. Sebab dengan kita menolong dan peduli dengan Gaza berarti menolong kesholehan diri kita, menolong kesholehan anak-anak kita, kesholehan masyarakat kita, dan menolong hubungan kita dengan Allah. Bagaimana Allah menolong kita jika kita defisit ruhiyah.
Bukan berarti kita memikirkan orang di Gaza berarti kita mengabaikan di sini. Tidak. Filosofinya, dengan kita peduli terhadap Gaza kita akan lebih maksimal berdakwah dan berkontribusi di Indonesia. Percayalah yang membuat kita jauh dengan Allah karena kita masih menggantungkan diri terhadap hal-hal yang lain. Akan tetapi, kalau sudah kepada Allah segalanya akan lancar. Kita menikmati perjalanan dengan ketentraman dan kita harus mencapai target untuk perjuangan.
Kalau target kita mengaktifkan ibadah kita untuk membersihkan atau mengeluarkan lemak-lemak dosa besar, kita harus kerja keras. Membiasakan puasa senin kamis, membiasakan bangun malam, membiaskan sahari satu juz meningkat dua juz, membiaskan dzikir dan segala macam hal. Itu bukan perkara mudah, berat. Itulah awalnya untuk mempreteli lemak-lemak yang harus luntur semua. Baru perjuangan kedua adalah membuat stabil ruhiyah kita, sampai perjuangan ketiga kita membiasakan diri bahwa ibadah itu menjadi suatu kelezatan. Jadi kita harus melalui proses yang tidak mudah memang, tapi kita harus kita lawan sampai Allah bersama kita.
Paling penting adalah semakin hari dibuka ruang oleh Allah untuk membersihkan, yang cinta gaya hidup, yang cinta hutang piutang, hutang bukan karena mendesak, tapi menajadi gaya hidup, harus luntur semua sebab untuk bisa berjuang terhadap Gaza dan bisa mendapat nilai syahid kita harus mempreteli perjuangan di depan kita sendiri. Bagaimana mungkin kita memperoleh nilai syahid kalau kita masih ada habatan-hambatan. Mencintai Al-Quds adalah mencintai kesholehan kita sendiri, itu ada pada diri kita. Bayangkan saja mereka bisa menjaga kesucian itu dalam kondisi porak-poranda, kita dalam kondisi yang begitu tentram. Seperti yang kita ketahui bahwa perjuangan Gaza itu hasil perjuangan dari syeh Ahmad Yasin dan itu melalui proses yang tidak sebentar dan tidak mudah.

Kamis, 20 Desember 2012

Sejatinya Cinta



Di lapangan basket salah satu SMPIT, terlihat beberapa orang duduk melingkar. Satu orang dari mereka tidak menggunakan baju seragam dan disapa dengan sebutan kakak.
“Sekarang kita membicarakan tentang cinta. Kalian menyampaikan makna cinta yang kalian tahu dan ceritakan pengalaman kalian tentang cinta, setiap orang harus cerita.” Kakak berbicara dengan antusias.
“Ketauan dong ka.” salah satu dari mereka protes.
“Nanti ceritanya kita bahas.”
“Kakak cerita juga ya.” yang lain menimpali.
“Kan kakak udah pernah cerita.”
“Yang dikejar-kejar itu ya ka?”
Kakak menjawab dengan senyuman. “Ayo, mulai dari kanan.”
                Satu persatu dari mereka bercerita dengan berbagai ekspresi. Setiap dari mereka memiliki cerita yang berbeda dan penyikapan yang juga tidak semua sama.
“Kita sepakat ya kalau pacaran itu tidak boleh.” kata kakak setelah semua cerita.
“Tapi aku gak sampe pacaran Ka. Aku Cuma bilang ke dia kalau aku suka sama dia. Emang kalo bilang doang gak boleh ka?” salah satu siswi merasa terusik.
“Kalo udah bilang terus gunanya apa? “
“Ngasih tau aja, biar tenang ka.”
“Sayang, coba kita pikir kembali. Adakah gunanya kalau kita menyampaikan perasaan suka. Kecuali bilangnya begini, saya menyukai kamu, mau tidak kamu menjadi suami saya, kalau mau ayo kita menikah.”
“Belumlah ka, kan masih SMP.”
“Aku nyesel ka. Aku banyak banget dosanya. Aku bodoh banget waktu itu. Lw pada gak ngerasain kaya gw sih. Gw diputusin, bayangin gw yang diputusin, lewat telpon lagi.” siswi lain sedikit mengulang ceritanya.   
“Kalo aku dulu suka sama dia ka. Terus dia pacaran sama temen aku. Pas dia masih pacaran, dia bilang kalo dia suka sama aku, tapi aku udah suka sama yang lain.” cerita berbeda terucap dari siswi yang berbeda.
Selanjutnya, pembicaraan semakin penuh ekspresi.
***
Kami berjalanan ditemani kebisuan. Aku melirik kearahnya untuk mempertegas keyakinanku bahwa dia ingin bercerita. Jika sudah sampai masjid, aku ingin berbagi. Seakan air mukanya berkata seperti itu. Benar saja, setelah beberapa menit kami melepas lelah, dia mulai membuka suaranya.
                “Lw di sms sama Arya gak?”
                “Gak, apa isi smsnya?”
                “Selamat atas kelulusan.”
                “Ooo...”
                “Kenapa dia sms gw, maksudnya apa?” lanjutnya menunjukkan ketidakmengertian.
                Saya pun terbengong tidak mengerti dan mencoba mengerti ketidakmengertian teman saya.
                 “Mungkin dia cuma mau ngasih selamat biasa, namanya juga teman.”
                “Kenapa lw gak dikasih selamat.”
                “Gw bukan temennya kali.” mencoba bercanda, gagal. “selain lw, bener-bener gak ada lagi yang dikasih selamat? Udah nanya yang lain.”
                “Belum.”
                Sepi. Kami sama-sama diam.
                “Lw pernah nangis karena persaan cinta kaya gini gak sih. Gw rasanya tersiksa. Gimana caranya ngilangin perasaan ini?”
***
Cinta hanya sebuah objek berbentuk rasa. Dia tak pernah salah karena dia tak pernah melakukan apa-apa. Tidak sedikit manusia menyalahkan rasa cinta. Saya pun pernah menyalahkan cinta. Kenapa saya bisa mencintainya. Cinta ini hanya membuat saya tersiksa. Kata-kata sejenis itu pernah saya lontarkan sebelum saya belajar dari pengalaman dan belajar dari pembelajaran.  Pada suatu titik, seakan saya berbincang dengan cinta di diri saya. Saya jatuh iba dengannya karena tidak jarang cinta disalahkan padahal dia tak tahu apa-apa. Padahal dia tidak salah. Kitalah yang salah karena tidak tahu alasan kita mencintai seseorang.
Jika tau alasan harus sehat, kita akan mengontrol makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Begitu juga cinta. Cinta bisa dikontrol atau dikelola jika kita tahu mengapa dan untuk apa kita mencintai. Saya sangat meyakini bahwa tak ada cinta yang buta. Cinta selalu indah dengan warnanya. Manusialah yang buta karena tidak tahu alasan ia mencintai.
Saya menyesal pernah mencintaiya. Kalau begitu, mengapa dahulu bisa mencintainya? Pertanyaan dan pernyataan demikian yang membuat cinta seakan rumit dan tak mudah dipahami. Dia datang dengan tiba-tiba dan hilang dengan tiba-tiba. Oleh karena itu, sabagian manusia menganggap wajar jika sudah sekian tahun menjalin hubungan tiba-tiba kandas karena cinta sudah tidak ada. Ikatan pernikahan bubar karena cinta tak dapat lagi tumbuh atau cinta tertambat kepada orang lain. Semua terjadi karena meletakkan cinta di atas ketidakmengertian, mengapa saya bisa mencintainya. Kalau pun ada, cinta tersebut tumbuh di atas kemengertian yang semu.
Mari pahami alasan kita mencintai. Setelah itu, evaluasi, sudahkah alasan tersebut mulia. Sudahkan kita meletakkan cinta di jalan Pemilik Cinta. Jika belum, pertanda kita belum menemukan sejatinya cinta. Jika sejatinya cinta belum didekap, penanda bahwa kita belum mengenal cinta dan cinta pun belum dapat dikelola. Cinta karena Allah tidak bisa dibuktikan dari dua bibir yang berucap, tapi pembuktian tingkah laku. Mudah sekali kita menemukan kemaksiatan, terutama di layar kaca, mengatas namakan saya mencintaimu karena Allah maka maukah kau menjadi kekasihku atau kupinang kau dengan hamdalah sambil memegang kedua tangan sang kekasih. Ada juga yang berpacaran mengatasnamakan taaruf. Apakah bisa dibenarkan orang mengatakan cinta, tapi mengajak sang cinta menuju siksa dunia atau siksa akhirat atau bahkan keduanya?
Suatu hari saya menghadiri akad nikah seorang sahabat. Nasihat untuk sang pengantin bahwa pernikahan bertujuan untuk semakin mengenal Allah. Mengenal Allah melalui bahtrera yang berjalan, melalui pasangan yang diridhoi-Nya. Semua berbingkai ibadah. Semua berbingkai ridho-Nya. Semua berbingkai syurga. Begitu pun cinta. Cinta tak pernah menyiksa karena sejatinya letak cinta ada di jalan ridho Allah, jalan yang terang. Sejatinya, cinta adalah anugrah. Cinta adalah ciptaan Allah, sedangkan perintah Allah berlaku atas segala ciptaannya. Manusialah yang menyiksa diri karena menzalimi cinta. Tidak meletakkan cinta pada tempatnya.
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
“Allahlah yang menciptakan tujuh dan langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Ath-Thalaq:12)

Wallahualam 

Senin, 29 Oktober 2012

satu kata-cinta

:ayah
gua-gua menyaksikan kita
membisikkan kata-kata cinta
bahwa hidup ini tak diam
dan tidak tanpa tujuan

kau tak selalu berkata
tapi ada bahasa dalam jiwa
saat wajahmu menyentuh
pipiku
inginku berkata
bahwa aku mencintaimu
dan
syukurku menjadi bagian
dirimu

cita kita tak terkata
dalam bahasa yang menggelora
saat pasti
dalam senyap tangan kita
terlepas
dengan jiwa menyatu
menapak
cahaya

*terinspirasi dari film sanctum

Sabtu, 20 Oktober 2012

Se--Lam

sebulir air tergeletak
dalam pekat campuran teh
terlempar
terhempas
pada adukan dua pertiga
masuk seteguk
guncangan kerongkongan
menyehatkan
atau mematikan
tak ada pilihan
di
ujung awal

Genggam Pasir

di ujung air membiru
menyapu remah remah
makhluk manusia
menyapa dalam alpa
aku manusia juga
begitu riaknya

genggam pasir
meronta
aku
bukan
milikmu
teriak bisiknya

Perjalanan KauKita

suara kita menyatu
dalam deburan ombak
menyeruak tanpa
bertanya apa mau kita

kau berteriak apa ini
seakan hidup hanya saat ini

mata kita basah
oleh setumpuk garam laut
terlarut pada ujung mulut

kita tidak tahu setelahnya
kau recap atau tertumpah
dengan serapah

kau dan kita tak akan
selamanya menyelam bersama
maka
jalan ini telah kita periksa
untuk kau lalui
dengan petanda

nyatanya waktu kita tak cukup
sedang jalan
makin bercabang

setelahnya
giliran kau menapak
dibantu penerang
yang telah kita serahkan
tentu tak ada pasti
tak padam


Rabu, 10 Oktober 2012

Sepotong hari



: perisa
sepotong sore menghadap pada jendela kamar
membuka bincang tentang hilangnya separuh siang
dilalap pagi
tanpa jeda sinar merasuk alir darah
mengalir menuju jantung
menyesaki detak
dihitung detik kata
merenda petang
lalu
senja kembali tenggelam

Jumat, 21 September 2012

kembali hujan


Rerintik
Senandung hujan pada petikan pertama
Rerindu memandu angin menetap
Pada tanah-tanah basah
Bola lingkar mematuk
Ditepuk-tepuk kaki telanjang
Anak-anak bermandi hujan

Sorak penyorak
Mulut-mulut kecil
Memandu periang
Hati yang girang