Sabtu, 22 Januari 2022

Memilih Sekolah

Pada waktu lalu, kira-kira tahun 2011-an ada gundah yang sangat tentang pendidikan seperti apa yang terbaik yang dapat menciptakan manusia unggul? Kegundahan ini timbul dari rasa kecewa. Kecewa dengan hasil dari pendidikan sekolah yang ada. pada waktu-waktu senggang, saya senang mencari-cari tahu tentang sekolah-sekolah yang memiliki kurikulum khas. Qodarullah, takdir Allah Swt. selalu baik. Saya dapat berkecimpung di salah satu sekolah yang memiliki kurikulum khas. Di sana terdapat pintu yang dapat saya masuki untuk melihat banyak hal tentang pendidikan.

Saya mencoba mengamati dan sampailah pada kesimpulan bahwa tidak ada sekolah yang terbaik untuk semua anak. Sekolah bukan pabrik yang menghasilan anak-anak seperti yang diharapan orang tua. Sekolah hanya sarana untuk membantu orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Dimana sisi yang orang tua belum mampu untuk memberikan pendidikan itu kepada anak, disitulah peran sekolah.

Memilih sekolah bukan hanya sekadar melihat bangunannya, bukan hanya sekadar melihat populerkah sekolah itu, bukan hanya melihat satu atau dua orang yang terlihat berhasil versi sebagian orang yang pernah bersekolah di sana. Sependek pengalaman saya berkecimpung dalam dunia pendidikan sekolah, dengan kurikulum yang sama, guru yang sama, waktu yang sama, hasilnya jelas berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor terbesar, yang saya amati, yaitu pendidikan dirumah yang diberikan oleh orang tuanya.

Pengalaman dalam dunia pendidikan cukup membantu saya dalam mencari sekolah untuk anak. Ada beberapa hal yang dilakukan sebelum menentukan sekolah mana yang akan dipilih.

1.  Memastikan sekolah seperti apa yang dibutuhkan oleh orang tua untuk mendampinginya dalam mendidik anak-anak.  

2. Mencari tahu konsep besar dari sekolah tersebut. Apa tujuan sekolah dan bagaimana jalan yang ditempuh sekolah untuk menuju tujuan tersebut. Apa dasar yang digunakan dalam memilih jalan yang ditempuh.

3. Jika pendirinya masih ada, cari tahu seperti apa pendirinya dan seperti apa pemikirannya.

4.  Adakah pelatihan atau kajian ilmu untuk para pendidik dan para orang tua. Untuk para pendidik, berguna untuk meng-upgrade ilmu dan iman. Untuk para orang tua, berguna untuk menyamakan misi dan persepsi dalam mendidik anak-anak.

Setiap sekolah pasti ada kelebihan dan kekurangan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, keyakinan dan kepercayaan kepada sekolah menjadi lebih besar. Keyakinan dan kepercayaan kepada sekolah menjadi penting dalam melepaskan anak-anak dengan lapang untuk berada dalam pengawasan dan didikan sekolah dalam waktu yang tidak sedikit. Wallahualam bishawab


Rabu, 12 Januari 2022

Menjadi Remaja atau Pemuda



“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimiliki.”
(HR. At Tirmidzi)

“Wahai para pemuda hendaklah kalian banyak beramal karena aku tidak melihat amal melainkan dilakukan ketika masa muda.” (Hafshah binti Sirin)

Dikatakan pemuda jika berada dalam rentang masa baligh sampai empat puluh tahun. Masa muda diapit oleh dua fase kelemahan. Masa muda merupakan fase kekuatan dan semangat. Masa muda menjadi fase spesial yang harus dipertanggungjawabkan. umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan.  

Dalam Al Qur’an terdapat kisah-kisah para pemuda, diantaranya adalah kisah cobaan berat Nabi Yusuf  yang terdapat dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 23—30. Banyak alasan yang menjadikan Nabi Yusuf dapat terjerumus, tetapi bukan itu yang beliau pilih. Betapa teguhnya Nabi Yusuf dengan keimanannya.  

Kisah pemuda Ibrahim diantaranya terdapat dalam Al Qur’an surat Al Anbiya, Al Baqoroh, Al An’am. Sebelum menjadi nabi, pemuda Ibrahim memiliki kemantapan tauhid, berani menyampaikan yang haq, melawan kebatilan, memiliki tanggung jawab social, tawakal, dll.

Pemuda di sekitar Rasulullah begitu banyak. Luar biasa prestasi dunia dan akhirat mereka. Diantaranya ada Ali bin Abi Tholib masuk Islam saat umur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam saat umur 12 tahun, Abdurrahman bin Auf saat usia 17 tahun. Mereka merupakan sahabat Rasulullah yang dijamin masuk ke dalam syurga.  

Bagaimana dengan remaja? Kapan seseorang dikatakan remaja? Menurut WHO yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dalam rentang usia 10-19 tahun.

Menurut Ericson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan masalah pada diri remaja. G Stanly Hall mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa-masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati.

Terdapat irisan rentang umur pemuda dan remaja. Akan tetapi, begitu jauh perbedaan antara konsep dan contoh pemuda dalam Islam dengan konsep remaja. Bahkan bertolak belakang. Manakah yang dipilih? Menjadi remaja atau pemuda?

Selasa, 11 Januari 2022

Menerima yang sulit diterima

 

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu baik. Mungkin saat ini tidak dapat dilihat kebaikan apa yang ada dalam sebuah takdir yang sedang dijalankan, tapi dengan berjalannya waktu kebaikan itu dengan jelas terlihat. Mungkin juga sampai akhir, kebaikan itu tidak dapat dilihat. Mungkin juga dari awal kebaikan sudah dapat dilihat dan dirasakan.

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu baik. Meskipun sangat sulit penerima takdir menerima takdirnya.  Meskipun penerima takdir merasa berputus asa dengan takdirnya, meskipun penerima takdir menghujat Penentu takdir. Meskipun penerima takdir berlari menjauh dari-Nya.

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu baik. Kebaikan itu dapat terlihat jika pemilik takdir dapat mengambil makna dalam setiap takdirnya. Kebaikan itu didapat ketika penerima takdir memaknai bahwa setiap takdir yang hadir merupakan ladang amal sholih untuknya. Kebaikan itu dirasakan saat penerima takdir meyakini bahwa takdir yang hadir merupakan jalan yang disediakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk semakin dekat kepada-Nya.

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu baik. Penerima takdir yang menentukan dirinya mengambil kebaikan atau menutup mata dengan kebaikan yang ada dalam setiap takdir-Nya. Penerima takdir yang menentukan dirinya menghadirkan perubahan lebih baik atau semakin buruk melalui takdir-Nya.  Penerima takdir yang menentukan dirinya menjadi hina atau mulia dengan takdir-Nya.

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu baik. Penerima takdir dapat memilih akan mengambil pelajaran atau menyalahkan keadaan. Penerima takdir dapat memilih akan bersyukur atau kufur. Penerima takdir dapat memilih akan bersabar atau mengkal.

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu baik. Mulai dengan meyakini hal tersebut karena Dialah Maha Pengasih, Dialah Maha Penyayang. Berikutnya gunakan akal dan hati untuk mengambil hikmah dalam setiap takdir yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan. Ingat dan hitung nikmat yang telah diberikan-Nya. Dekatkan diri pada-Nya, tunjukkan kelemahan dan ketidakmampuan dihadapan-Nya.

Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya tentang bagaimana nasib penerima takdir di dunia, tetapi yang lebih penting bagaimana akhir penerima takdir di akhirat. Wallahualam

Senin, 10 Januari 2022

Sekolah Rumah Adik

Libur telah pergi…hore…hore…

Siapa yang anak-anaknya bahagia saat libur telah pergi?

Sekolah sudah berjalan kembali, begitu pula untuk adik. Adik kembali mulai sekolah.

Adik kelas berapa? TK A

Sekolah di mana? Di rumah

Siapa gurunya? Bunda

Yup, saat abang berangkat ke sekolah dengan mengendarai motor bersama ayah, adik siap-siap ke sekolah di rumah bersama bunda. Mungkin ada yang menyebutnya home schooling, tapi bunda tidak menyebut begitu, bunda menyebutnya sekolah rumah.

Sekolah rumah adik tidak punya kurikulum tertulis. Kurikulumnya ada di kepala bunda dan biasanya tidak direncanakan rinci dari jauh-jauh hari. Beberapa kali bunda mencoba merencanakan dengan lebih rinci, selalu saja yang dilkukan berbeda dengan perencanaan. Jadilah bunda tidak lagi melakukan perencanaan dengan rinci. Hanya konsep besar saja yang direncanakan, praktiknya menyesuaikan keadaan dan bahan yang ada saat itu.

Adik senang dengan sekolah rumah. Sekolah rumah membuat adik belajar lebih disiplin. Pagi setelah sarapan, adik diingatkan untuk mandi dan siap-siap. Mandi dan siap-siap lebih sering dikerjakan sendiri oleh adik. Menyiapkan meja, tas, menyusun buku-buku di meja, dia lakukan sendiri. Sebelum itu semua siap, sekolah tidak dimulai.

Adik sekolah di rumah menggunakan seragam. Seragam adik, yaitu baju koko yang kadang kala ditambah dengan menggunakan peci. Baju koko dan peci dipilih sendiri olehnya. Mana yang ingin dia gunakan.

Jadwal sekolah rumah adik, sedikit menyesuaikan aktivitas bunda dan kemauan adik. Sesekali adakalanya adik minta libur ketika dia ingin main keluar rumah.

Ada tiga  kegiatan dalam sekolah rumah adik, yaitu belajar hijaiyah, dibacakan buku, stimulasi motorik dan kognitif. Belajar hijaiyah menggunakan buku bekas abang tk. Berapa halaman yang di baca, lebih sering dia sendiri yang menetukan. Target bunda hanya satu halaman saja, tapi seringnya dia meminta lebih. Satu halaman hanya terdiri dari beberapa huruf yang diulang.

Dibacakan buku menjadi aktivitas wajib dalam sekolah rumah adik. Sesekali bunda meminta untuk tidak dibacakan buku pada hari itu, tapi gagal. Adik tidak mau tanpa dibacakan buku. Adik bebas memilih buku cerita yang akan bunda bacakan. Bunda hanya menentukan maksimal jumlah buku yang akan dibacakan hari itu. Jumlah buku menyesuaikan waktu bunda. Paling sering, maksimal tiga buku.

Stimulasi motorik dan kognitif ini bunda yang mentukan. Seperti yang sudah digambarkan di awal tulisan ini, kegiatan stimulasi menyesuaikan dengan keadaan dan bahan yang ada pada hari itu.

 

 

   

 



 

Minggu, 09 Januari 2022

Merenda Cinta

 

One, two. Three, four, five

Six, seven, nine, ten

Berhitung berapa banyak cinta

Yang sudah kuberikan

 

One, two. Three, four, five

Six, seven. Nine, ten

Berhitung berapa banyak cinta

Yang sudah kudapat

Tahu lirik lagu tersebut? Saya baru tahu malam ini. Lirik lagu tersebut saya cari setelah menonton film “Hijab”. Film itu sudah lama, tapi saya baru tahu dan ditonton beberapa jam sebelum tulisan ini ada. Dari lagu tersebut, saya hanya mengambil dua bait saja. Hanya dua bait itu yang berhubungan dengan tulisan kali ini.

Menonton film yang berhubungan dengan keluarga atau pasangan menjadi aktivitas yang saya sukai akhir-akhir ini. Setidaknya, untuk saya, ternyata aktivitas itu menimbulkan hal positif dalam diri, memperbaharui dan menambah rasa cinta pada pasangan. Apa hubungannya?

Hal-hal yang rutin adakalanya tidak terasa istimewa. Terasa biasa padahal berharga. Baru menyadari saat hal rutin tersebut hilang seketika. Menonton film tentang keluarga atau pasangan membuat saya dapat melihat rutinitas yang dilakukan pasangan menjadi berharga. Saat sadar bahwa banyak yang berharga, rasa cinta dan syukur semakin ada.

Dalam kehidupan berumah tangga, rasa cinta kadang redup kadang menyala. Ketika mulai redup, upayakan agar menyala kembali. Caranya tentu saja banyak, menonton film hanya salah satu diantaranya.

One, two. Three, four, five

Six, seven. Nine, ten

Berhitung berapa banyak cinta

Yang sudah kudapat

Menghitung-hitung kebaikan atau cinta pasangan adakalanya perlu. Bukan untuk membandingkan dengan kebaikan atau cinta yang kita berikan, melainkan untuk sadar bahwa dia mencintai kita dan bersyukur akan hal tersebut. Rasa syukur memudahkan kita untuk bahagia. Rasa bahagia sangat diperlukan dalam kehidupan berumah tangga. Meskipun banyak cara untuk menumbuhkan rasa syukur.

One, two. Three, four, five

Six, seven, nine, ten

Berhitung berapa banyak cinta

Yang sudah kuberikan

Menghitung kebaikan atau cinta yang kita berikan, rasanya tidak perlu jika itu tidak menambah kebaikan atau cinta. Akan tetapi, jika dengan menghitung kita merasa belum optimal memberi dan menjadi ingin memberi lebih banyak, menghitung-hitung menjadi relevan.