Minggu, 30 Desember 2012

9 summers 10 autumns



Novel ini tidak bercerita tentang mimpi, tetapi tentang keberanian untuk menembus batas kekuatan. Kutipan komentar dari E.S. Ito.
Ketika kecil, Iwan tidak bermimpi dapat melihat dunia lain di luar Indonesia bahkan di luar kota Batu. Oleh karena itu Iwan tidak mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk takdir yang menuntunnya ke Bogor, Jakarta, Malaysia, maupun Amerika.
Novel ini memperlihatkan sisi lain dari sebuah perjalanan hidup. Perubahan drastis yang bertubu-tubi menimbulkan ketakutan yang harus dihadapi. Pilihannya hanya dua, tidak melangkah atau terus melangkah. Kalah dengan ketakutan atau menghadapi ketakutan. Iwan tidak memilih zona nyaman. Dia keluar dari rasa aman yang melingkupinya di Batu.
Ada sebuah cerita yang mungkin pernah kita dengar tentang seorang anak yang bertanya pada ibunya.
“Bu, kata ibu temanku, dia rela digigit nyamuk asalkan anaknya tidak digigit nyamuk. Apakah ibu juga rela digigit nyamuk untukku?” tanya sang anak pada ibunya.
“Tidak anakku, jika ada nyamuk yang ingin menggigitmu, ibu akan kejar nyamuk itu sampai dapat agar dia tidak menggigitmu dan tidak menggigit ibu.”
“Terima kasih, Bu.” Jawab sang anak.
“Bu, kata ibu temanku, dia rela kelaparan asalkan anaknya kenyang. Apakah ibu juga akan melakukan hal yang sama untukku.”
“Tidak anakku, ibu akan bekerja keras agar kamu dan ibu tidak kelaparan.”
“Terima kasih, Bu. Ibu adalah sandaran hidupku.” kata sang anak kemudian.
“Tidak anakku, ibu akan membuatmu mandiri agar ketika ibu tiada kamu dapat hidup di atas kakimu sendiri.”

Jawaban yang cerdas dari sang ibu dan cinta seperti itulah yang tergambar dari keluarga tokoh utama, Iwan. Bukan hanya cinta dari keluarga yang membuatnya memilih melawan ketakutan, tetapi juga kesadaran akan cinta yang diberikan sekelilingnya.
Novel 9S10A merupakan novel yang diceritakan dengan sederhana. Ada tokoh rekaan yang diciptakan Iwan dalam novelnya, yaitu Bocah. Tokoh ini sangat menarik. Dia menamani Iwan selama di New York dan menghilang atau dimatikan ketika Iwan selesai berdamai dengan masa lalunya. Bocoh ini seakan diri Iwan sendiri yang dimunculkan dengan bentuk lain. Bocah terlihat seperti kontemplasi Iwan terhadap perjalanan hidupnya.
Mungkin akan lebih menarik lagi jika dalam novel ini digambarkan lebih dalam tentang pergulatan Iwan dengan rasa takut yang dimenangkan oleh keberanian.
“Ah, children, ah dear friends, do not be afraid of life! How good life is when you do something good and rightful!” (Kutipan terakhir yang digunakan Iwan dalam 9S10A)

1 komentar: