Novel ini tidak bercerita
tentang mimpi, tetapi tentang keberanian untuk menembus batas kekuatan.
Kutipan komentar dari E.S. Ito.
Ketika kecil, Iwan tidak bermimpi
dapat melihat dunia lain di luar Indonesia bahkan di luar kota Batu. Oleh
karena itu Iwan tidak mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk takdir yang
menuntunnya ke Bogor, Jakarta, Malaysia, maupun Amerika.
Novel ini memperlihatkan sisi
lain dari sebuah perjalanan hidup. Perubahan drastis yang bertubu-tubi
menimbulkan ketakutan yang harus dihadapi. Pilihannya hanya dua, tidak
melangkah atau terus melangkah. Kalah dengan ketakutan atau menghadapi
ketakutan. Iwan tidak memilih zona nyaman. Dia keluar dari rasa aman yang
melingkupinya di Batu.
Ada sebuah cerita yang mungkin
pernah kita dengar tentang seorang anak yang bertanya pada ibunya.
“Bu, kata ibu temanku, dia rela digigit nyamuk asalkan anaknya
tidak digigit nyamuk. Apakah ibu juga rela digigit nyamuk untukku?” tanya sang
anak pada ibunya.
“Tidak anakku, jika ada nyamuk yang ingin menggigitmu, ibu akan
kejar nyamuk itu sampai dapat agar dia tidak menggigitmu dan tidak menggigit
ibu.”
“Terima kasih, Bu.” Jawab sang anak.
“Bu, kata ibu temanku, dia rela kelaparan asalkan anaknya kenyang.
Apakah ibu juga akan melakukan hal yang sama untukku.”
“Tidak anakku, ibu akan bekerja keras agar kamu dan ibu tidak
kelaparan.”
“Terima kasih, Bu. Ibu adalah sandaran hidupku.” kata sang anak kemudian.
“Tidak anakku, ibu akan membuatmu mandiri agar ketika ibu tiada
kamu dapat hidup di atas kakimu sendiri.”
Jawaban yang cerdas dari sang ibu
dan cinta seperti itulah yang tergambar dari keluarga tokoh utama, Iwan. Bukan
hanya cinta dari keluarga yang membuatnya memilih melawan ketakutan, tetapi
juga kesadaran akan cinta yang diberikan sekelilingnya.
Novel 9S10A merupakan novel yang
diceritakan dengan sederhana. Ada tokoh rekaan yang diciptakan Iwan dalam
novelnya, yaitu Bocah. Tokoh ini sangat menarik. Dia menamani Iwan selama di
New York dan menghilang atau dimatikan ketika Iwan selesai berdamai dengan masa
lalunya. Bocoh ini seakan diri Iwan sendiri yang dimunculkan dengan bentuk
lain. Bocah terlihat seperti kontemplasi Iwan terhadap perjalanan hidupnya.
Mungkin akan lebih menarik lagi
jika dalam novel ini digambarkan lebih dalam tentang pergulatan Iwan dengan
rasa takut yang dimenangkan oleh keberanian.
“Ah, children, ah dear
friends, do not be afraid of life! How good life is when you do something good
and rightful!” (Kutipan terakhir yang digunakan Iwan dalam 9S10A)
.jpeg)
memang.. rasa takut bisa membunuh
BalasHapus