:ayah
gua-gua menyaksikan kita
membisikkan kata-kata cinta
bahwa hidup ini tak diam
dan tidak tanpa tujuan
kau tak selalu berkata
tapi ada bahasa dalam jiwa
saat wajahmu menyentuh
pipiku
inginku berkata
bahwa aku mencintaimu
dan
syukurku menjadi bagian
dirimu
cita kita tak terkata
dalam bahasa yang menggelora
saat pasti
dalam senyap tangan kita
terlepas
dengan jiwa menyatu
menapak
cahaya
*terinspirasi dari film sanctum
Senin, 29 Oktober 2012
Sabtu, 20 Oktober 2012
Se--Lam
sebulir air tergeletak
dalam pekat campuran teh
terlempar
terhempas
pada adukan dua pertiga
masuk seteguk
guncangan kerongkongan
menyehatkan
atau mematikan
tak ada pilihan
di
ujung awal
dalam pekat campuran teh
terlempar
terhempas
pada adukan dua pertiga
masuk seteguk
guncangan kerongkongan
menyehatkan
atau mematikan
tak ada pilihan
di
ujung awal
Genggam Pasir
di ujung air membiru
menyapu remah remah
makhluk manusia
menyapa dalam alpa
aku manusia juga
begitu riaknya
genggam pasir
meronta
aku
bukan
milikmu
teriak bisiknya
menyapu remah remah
makhluk manusia
menyapa dalam alpa
aku manusia juga
begitu riaknya
genggam pasir
meronta
aku
bukan
milikmu
teriak bisiknya
Perjalanan KauKita
suara kita menyatu
dalam deburan ombak
menyeruak tanpa
bertanya apa mau kita
kau berteriak apa ini
seakan hidup hanya saat ini
mata kita basah
oleh setumpuk garam laut
terlarut pada ujung mulut
kita tidak tahu setelahnya
kau recap atau tertumpah
dengan serapah
kau dan kita tak akan
selamanya menyelam bersama
maka
jalan ini telah kita periksa
untuk kau lalui
dengan petanda
nyatanya waktu kita tak cukup
sedang jalan
makin bercabang
setelahnya
giliran kau menapak
dibantu penerang
yang telah kita serahkan
tentu tak ada pasti
tak padam
dalam deburan ombak
menyeruak tanpa
bertanya apa mau kita
kau berteriak apa ini
seakan hidup hanya saat ini
mata kita basah
oleh setumpuk garam laut
terlarut pada ujung mulut
kita tidak tahu setelahnya
kau recap atau tertumpah
dengan serapah
kau dan kita tak akan
selamanya menyelam bersama
maka
jalan ini telah kita periksa
untuk kau lalui
dengan petanda
nyatanya waktu kita tak cukup
sedang jalan
makin bercabang
setelahnya
giliran kau menapak
dibantu penerang
yang telah kita serahkan
tentu tak ada pasti
tak padam
Rabu, 10 Oktober 2012
Sepotong hari
: perisa
sepotong sore menghadap pada jendela kamar
membuka bincang tentang hilangnya separuh
siang
dilalap pagi
tanpa jeda sinar merasuk alir darah
mengalir menuju jantung
menyesaki detak
dihitung detik kata
merenda petang
lalu
senja kembali tenggelam
Langganan:
Komentar (Atom)