Sabtu, 12 Mei 2012

filosofi cinta


Hujan malam membawaku pada putaran cinta lalu yang belum sempurna. Tentang aku yang mencintaimu. Berawal dari cita dalam hidup. Aku tahu kau dan aku bukan manusia sempurna. Pikirku, dengan kita  hitungan matematika tak lagi berlaku. Karena cita membersamai cinta atau cinta membersamai cita? Entah mana  yang lebih dulu.
Jejak belum tertanam, hujan telah menghalau. Walau begitu, aku tak menyalahkan hujan. Senyum tetap kurekahkan untuk hujan dan jejak yang terhapus.
Kata orang, cinta tak harus memiliki, kata adikku tak bisa cinta tak memiliki. Aku tak peduli mana yang benar setelah aku memaksakan kesadaran bahwa mulanya adalah cita.
Cintaku berawal dari cita.  Kata-kata itu kutulis rapi dan kuletakaan dalam alir darah. Maka setelahnya tak ada sakit yang tak tersembuhkan.

Hujan malam telah berhenti berganti bintang pemasok mimpi. Aku tuliskan mimpiku tentangmu dan ku titipkan pada sinar bintang. Sengaja kuselipkan bunga sebagai penanda. Bulan cemburu dan berbisik, mengapa tidak padanya kutitipkan. Karena kau begitu cantik, jawabku penuh pesan.  Malam semakin gulita  dan aku terlelap dengan  doa.

Kini sudah pagi. Sinar mentari menggelitik kulit membuka pori-pori. Menyuntikkan doa-doa yang terkabul dalam mimpi-mimpi malam. Merpati masuk melalui celah jendela yang terbuka. Ada cap bintang di paruhnya
............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar